MENAKAR CABUP CAWABUP PILKADA TRENGGALEK 2020 #Yang muda yang berkarya?

(Sebuah opini Pilkada Trenggalek 2020)


Jika anda tidak suka membaca, baiknya urungkan niat membaca tulisan ini. Jika anda suka membaca, saya sarankan menyiapkan kopi atau teh hangat, telo goreng ataupun rondo royal, dan pastinya sigaret, karena tulisan ini cukup panjang untuk para pemalas. 



        Menikmati secangkir kopi pahit dengan sebatang sigaret "made in pribadi" selalu menghadirkan sensasi tersendiri. Menghisap pelan ujung kecil lintingan mbako gewol, sambil membuka buka laman medsos yang ramai para pejuang-pejuang rupiah menjajakan dagangannya, mulai dari handphone, baju, hingga obat kuat, juga bising para pejuang-pejuang politik yang menjajakan paslon idolanya, tentunya setelah dijanjikan angka-angka, buntelan, dan "dlesepan amplop" di kantong yang memang kosong.

        Seperti itulah gempita di kotaku tercinta, Trenggalek. Apalagi menjelang hari H pesta rakyat, Pilkada digelar. Semua sudut kota menjadi hidup, mulai dari warkop "gedek" (berdinding bambu), hingga coffee-coffee kekinian. Tidak peduli, warkop berbau got atau kotak sampah yang telat dibuang, diskusi dan bahkan perdebatan seputar Pilkada tetap mengasyikkan untuk diperbincangkan. Semua saling menguatkan, mencari(kan) alasan, dan mempoles sang jagoan agar terlihat pantas dipertontonkan.

        Pilkada Trenggalek, menyuguhkan gambaran sebuah pertempuran politik yang benar-benar asik, unik dan menggairahkan, dimana para paslon dengan seluruh tim pemenangannya dan fansboynya saling beradu strategi dan bermanuver untuk mendapatkan dukungan dan suara sebanyak-banyaknya. Tak pelak, medan Kurushetra benar-benar riuh, meski bumi Minaksopal sedang mengalami pagebluk covid19, yang bahkan pagebluk inipun, diklaim semakin mengganas karena tidak ditangani dengan baik seperti dulu. Saya terbahak di sudut toilet penuh kecoak, ternyata "goro-goro" pilkada juga bisa melahirkan pengendali covid19. Seperti halnya Avatar, mungkin dulu, ataupun nanti juga bisa mengendalikan air, udara, api, bahkan ormas berseragam yang tak lagi seragam. Sepertinya seragam justru yang membuat menjadi beragam. Jika anda satu maksud dengan isi otak saya, maaf, jangan baper jika anda adalah bagian dari keseragaman yang menjadi beragam. Dan sebagai masyarakat Trenggalek yang berpendidikan, anda harus tahu, bahwa tulisan ini bersifat opini, dimana semua warga negara bisa menyampaikan opini dengan koridor hukum yang berlaku.

        Dunia politik selalu menarik dan unpredictable, apalagi dalam kancah pertarungan perebutan kursi tertentu. Mulai dari kepresidenan, gubernur, hingga ke kepala daerah. Tapi untuk Trenggalek, hal ini benar-benar beda dan unik. Pilkada Trenggalek menyuguhkan pertarungan dua paslon yang sebenarnya dari kultur yang sama, tapi dengan karakter paslon beserta kubunya yang sangat bertolak belakang. Bagaimana tidak, kedua paslon ini kalau diperhatikan seperti pertarungan anak dan bapak, atau simplenya, remaja dengan dewasa. Selayaknya kaum muda & remaja, kubu paslon muda terlihat begitu agresif, lantang, riuh dan ambisius. Hal ini berbanding terbalik dengan kubu paslon satunya yang seolah mewakili kubu dewasa & tua. Selayaknya orang dewasa & tetua, kubu ini terlihat kalem (ngemong) dalam menanggapi agresifitas lawan politiknya. Mereka cenderung anteng dan bijak dalam bermanuver, maupun menyikapi isu-isu yang tentu saja banyak bermunculan.

        Totalitas kubu muda, dalam hal ini kubu paslon 02, patut diapresiasi. Sejak awal pencalonan hingga detik ini saya menulis, laman medsos dan kanal berita masih "istiqomah" memposting apa saja terkait aktifitas kubu mereka. Mulai dari group-group facebook hingga group-group whatsapp atau media yang lain. Para pendukung & timses begitu getol dan rajin memposting  hal-hal yang tujuannya tentu menarik perhatian orang agar memilih kandidat pilihannya. Lihat juga kanal berita, yang sebelumnya tidak pernah muncul di beranda facebook kita, mulai dari jap*s.co, bangsa*nline.com, ka*arrakyat.id, radib*ssfm.com, ha*ari.id, berital*ma.com, rayat*elata.com yang bahkan sampai sekarang masih terus menerus bergantian mendominasi wall facebook kita dengan pemberitaan paslon 02. Atau juga bi*ztv.id yang nampak malu-masih malu ikut meramaikan gempita pesta Pilkada. Well, thats great!. Saya rasa, sebagai kubu yang merepresentasikan kaum muda memang harus seperti itu, agresif, lantang, riuh dan ambisius. Nah lucunya, lantas apa reaksi kubu tua, paslon 01 dalam menanggapi hal tersebut? MENENG! Just that? Oh my God! What a crazy!. Lucu kan?

        Kedewasaan kubu tua juga terlihat manakala marak pemberitaan tentang cabub paslon 01 yang jengkel pada cawabupnya pasca debat pertama, dimana hal itu diberitakan secara masif di beberapa kanal berita tersebut. Kaitannya pemberitaan tersebut, saya memprediksi, kubu 01 akan melakukan manuver tertentu, minimal klarifikasi melalui medsos atau fanpage. Ternyata, i am absolutely wrong!. Saya kelimpungan dan ingah ingih sendiri melihat reaksi kubu 01 yang saya rasa unik. Seperti masalah media, dalam hal inipun, reaksi paslon Alfan-Zaenal masih sama, kalem, cenderung ngemong, dan MENENG!. Kubu Alfan-Zaenal justru menyibukkan diri dengan menggodok program-program unggulan untuk mensejahterakan dan memajukan masyarakat Trenggalek.

        Belum lagi masalah isu-isu sektarian, (tidak saya bahas, karena bersifat sensitif). Atau pemberitaan media pasca debat publik ke 2 yang menyatakan paslon 01 terkesan tidak nyambung dengan pertanyaan disesi tanya jawab, atau pemberitaan protes warga Srabah atas pernyataan cabub paslon 01. Alih alih melakukan pembelaan atau klarifikasi, kubu paslon Alfan-Zaenal justru menyibukkan diri mengunjungi warga, bersosial,  berbagi kebahagian, dan sekali lagi, menanggapi semua pemberitaan tersebut dengan satu reaksi, kalem, MENENG!.

        Lantas, dari beberapa reaksi kalem, "MENENG", yang cenderung ngemong tersebut, apakah kemudian menimbulkan bisik-bisik & tanggapan negatif dari masyarakat? Absolutely YES!. Tapi apakah kemudian mengurangi elektabilitas paslon 01? Well, saya rasa tidak. Sepertinya sikap "humble" dan merakyat dari paslon 01 cukup membuat rakyat nyaman. Dan tentunya masyarakat Trenggalek cukup cerdas untuk menentukan pilihan berdasarkan logika, dan bukan hanya berdasarkan "gebyar".

        Pada akhirnya saya kok curiga. Saya jadi ingat slogan cabup paslon 01, MENENG, MENENG, MENENG dan MENANG. Beberapa tahapan "MENENG" telah disuguhkan dengan apik tanpa memberikan dampak negatif yang berarti. Tinggal satu kata lagi yang belum terealisasi, MENANG.

Patut kita simak kelanjutan percaturan politik di kota tercinta ini akan berakhir seperti apa. Siapapun yang terpilih dengan suara terbanyak nanti, patut kita apresiasi, bahwa mereka telah memberikan sumbangan pelajaran penting dalam kehidupan demokrasi kita dengan menyuguhkan aksi-aksi, strategi-strategi dan manuver-manuver yang sangat apik & menawan.

"Hidup memang permainan, tapi jangan sekali kali bermain-main saat anda berada di gelanggang permainan".

Akhir kata, selalu saya tekankan jangan lupa ngopi, karena efek coffeine itu membantu kinerja otak kita untuk berfikir.

Ditulis;
Kang Hanz (Bakul Minyak eceran), biasa mangkal disekitar kuburan Santren
Seorang penikmat kopi, politik & nyuluh welut.

Theme Design Edited By: KOMA